Koperasi dan UMKM | 25-Mar-2024
BUMIALUMNI.COM — Kita semua telah menyadari bahwa kontribusi manusia terhadap keberlanjutan lingkungan hijau sangat besar. Faktanya, penyumbang terbesar kerusakan lingkungan adalah industrialisasi yang tidak ramah lingkungan. Sekjen PBB, Antonio Guterres pernah memberikan peringatan kode merah kepada umat manusia akibat terus bertambahnya emisi karbon dioksida. Itu yang membuat suhu bumi meningkat sebesar 1,1 derajat celcius. Penggunaan bahan bakar fosil, berkurangnya lahan hutan jadi tambang dan kebun sawit merupakan sebuah ekosistem kerusakan lingkungan yang masih berjalan hingga sekarang.
Namun justru yang menjadi dilematis adalah saat usaha mikro dan kecil juga diberikan tanggung jawab besar menjaga lingkungan di tengah ekosistem ekonomi sirkuler belum massif berjalan sehingga membuat upaya usaha mikro dan kecil menyumbang keberlangsungan lingkungan justru membuatnya merogoh kocek yang besar. Dalam konteks ini adalah tentang kemasan plastik.
Terkait hal tersebut, para pelaku usaha mikro, kecil, menengah (non skala industri) yang bergerak di bidang makanan memang masih menggunakan bahan plastik untuk membungkus karena, menurut survei Katadata Insight Center, ada beberapa rasionalisasi mengapa pelaku usaha mikro, kecil, menengah masih banyak yang menggunakan plastik.
Baca juga:
Terdapat 65,5% responden pelaku UMKM mengatakan kantong plastik praktis digunakan. Selain itu, ketersediaan plastik yang ada di pasaran dan mudah didapatkan menambah daya tarik pelaku UMKM menggunakan kantong plastik ini dikemukakan 61,2% responden pelaku UMKM; dengan alasan harganya yang murah ada 55,1% responden; sebanyak 51,9% mengatakan karena mudah digunakan; sedangkan karena alasan fleksibilitas sebanyak 39,1%.
Kita membutuhkan perlakuan adil dan upaya besar untuk mengubah ekosistem hijau dari segala lini dan segala skala industri baik itu ekstraktif dan nonekstraktif sehingga, wacana ekonomi hijau bisa berjalan baik. (Ed:Barr)