Bisnis | 07-Oct-2025
Banda Aceh (ANTARA) - Tim Pusat Riset Komunikasi Pemasaran, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kita Kreatif) Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh mendampingi pengembangan pariwisata berkelanjutan dua desa di Sabang, Aceh yakni desa wisata Jaboi dan Aneuk Laot.
“Kami berharap Aneuk Laot dan Jaboi dapat menjadi proyek percontohan bagi desa wisata lain di Aceh. Apabila model yang diterapkan nantinya berhasil, maka dapat direplikasi di tempat lain," kata Ketua Pusat Riset Kita Kreatif USK, T Meldi Kesuma dalam keterangannya, di Banda Aceh, Selasa.
Pendampingan ini dilaksanakan salah satunya dengan sharing session, Kita Kreatif USK, di mana mereka membawa tim untuk berkunjung langsung ke lapangan sebagai langkah krusial dalam riset pariwisata.
"Kami tidak dapat merumuskan strategi hanya dari balik meja. Kami harus turun langsung, berdialog dengan pelaku wisata, mendengarkan kendala mereka, dan memahami konteks lokal," ujarnya
Meldi menegaskan, peran akademisi dalam pendampingan pengembangan strategi berkelanjutan di Desa Aneuk Laot dan Jaboi bukan untuk menggurui, melainkan memfasilitasi.
Artinya, mereka tidak hadir dengan solusi instan. Melainkan untuk memahami terlebih dahulu, kemudian merancang strategi bersama komunitas dalam rangka melakukan riset berbasis kebutuhan lapangan.
Kita Kreatif USK, kata dia, menargetkan dalam waktu tiga bulan ini dapat menyusun rekomendasi strategis yang komprehensif serta melibatkan mahasiswa dalam proses pendampingan.
"Fokusnya pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia lokal dan integrasi teknologi dalam manajemen destinasi. Namun, ini harus berbasis pada kebutuhan riil mereka, bukan pada asumsi kami," kata Meldi.
Sementara itu Wakil Ketua Pusat Riset Kita Kreatif USK, M Ridha Siregar, menjelaskan bahwa Desa Aneuk Laot memiliki modal yang kuat untuk berkembang sebagai desa wisata.
Desa ini, memiliki danau air tawar seluas sekitar 30 hektare di tengah pemukiman, serta memiliki produk anyaman bleut dan reungkan dari daun kelapa, kerajinan ecoprint berbahan alam, serta kuliner khas Aceh.
“Bahkan, pernah masuk lima besar BCA Desa Wisata Award 2021 kategori budaya, serta 75 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2023. Tapi, sangat disayangkan saat ini jumlah pengunjungnya justru menurun,” katanya.
Ridha menyampaikan tim peneliti yang diketuai dirinya dan beranggotakan Muhammad Rizqi Siregar, Radhia Humaira, Miftahul Faza, dan Landasan Waris telah melakukan survei lapangan kepada para wisatawan terkait kepuasan dan ekspektasi mereka berkunjung ke Aneuk Laot. Hasil survei ini nantinya akan digunakan sebagai strategi pengembangannya.
Penelitian mereka, kata Ridha, berfokus pada tiga aspek utama, digitalisasi pemasaran, pelestarian budaya, dan pemberdayaan ekonomi kreatif masyarakat.
Ia menyampaikan, selain melakukan survei, tim peneliti juga telah mengidentifikasi strategi digital yang diterapkan oleh pelaku wisata di Desa Aneuk Laot. Seperti ecoprint masih diproduksi dalam bentuk mukena, jilbab, dan kain.
Selain itu, mereka menemukan bahwa potensi pariwisata budaya yang seharusnya menjadi daya tarik utama juga belum berjalan optimal. Festival tradisi yang biasanya digelar setiap bulan Rajab, misalnya, telah vakum selama dua tahun terakhir.
Sedangkan desa wisata Jaboi, hanya berjarak lima kilometer dari pusat kota, memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Seperti kawasan gunung api aktif dengan empat kawah, aliran sungai air panas, serta laut yang menyuguhkan terumbu karang berwarna-warni. Potensi pengembangan volcano tourism dan adventure sport pun terbuka lebar.
“Jaboi masih dalam pengembangan intensif. UMKM bermunculan, seperti sabun belerang memanfaatkan kekayaan vulkanik, selai jamblang, bakpia Sabang, dan produk kreatif lainnya,” ujarnya.
Tidak hanya itu, tambah Ridha, Jaboi juga memiliki program adopsi pohon. Wisatawan dapat mengadopsi pohon yang ditanam di area seluas 88 hektare Hutan Kemasyarakatan (HKm) Lindung.
Mekanismenya, wisatawan membayar biaya perawatan untuk satu atau dua pohon. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang merawat akan mengirimkan laporan perkembangan setiap bulan kepada pengadopsi.
Program ini, merupakan komitmen serius terhadap konservasi lingkungan. Berkat program ini, Desa Wisata Jaboi berhasil menjadi nominator Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) kategori desa wisata perintis dan masuk dalam 50 besar tingkat nasional.
“Program adopsi pohon akan diperluas dengan sistem pelaporan berbasis aplikasi guna meningkatkan transparansi dan daya tarik bagi generasi muda,” demikian Ridha.
Follow media sosial kami untuk mendapatkan produk terbaik, informasi, pengalaman menarik dan inspiratif.
Kami adalah e-commerce hybrid, sebuah rumah untuk memasarkan produk UMKM Indonesia kualitas terbaik. Nikmati produk kuliner, fashion, kriya, minuman herbal, dan jasa. Juga rubrik Inspiring Life, Jurnal & Peraturan, Berita.