Keagamaan | 05-Apr-2024
BUMIALUMNI.COM — Setelah sebulan penuh berpuasa Ramadan, hanyut dalam denyut religi yang dalam, penuh syukur dengan kontemplasi tinggi mutu spiritual, tibalah saatnya hari kemenangan Idulfitri. Sebuah kegembiraan yang tak tertandingi oleh apapun. Sebulan penuh menjalani pusa tentu hadir hikmah spiritual besar, selain itu hadir pula hikmah kesehatan dari puasa. Seperti yang pernah ditulis dalam Manfaat Puasa Berjangka bagi Penderita Asam Lambung, terlihat seperti kontradiktif antara asam lambung dan puasa. Namun faktanya bermanfaat sebagaimana dijelaskan oleh Journal of Clinical Gastroenterology di artikel tersebut.
Berpuasa selama satu bulan sesuai tuntutan yang telah diwajibkan bagi umat Islam ternyata memberikan dampak ilmiah kesehatan yang positif seperti misal untuk proses detoksifikasi, menurunkan berat badan, meningkatkan fungsi kognitif otak, mencegah gangguan neurodegeneratif, menjaga tekanan darah, kolesterol, dan gangguan jantung, dan masih banyak manfaat lainnya.
Baca juga:
Lalu bagaimana salah satu ciri kita bisa menghikmahi sesuatu—dalam konteks ini adalah puasa Ramadan—yaitu ada nilai-nilai dan tradisi spiritual yang masih terus dijalankan bahkan setelah puasa Ramadan berlalu. Misal, jika puasa membawa banyak manfaat bagi kesehatan, maka setelah Ramadan, kita harus merawat kebiasaan baik itu dengan cara menerapkan makan-makanan sehat bagi tubuh agar terus merawat tubuh yang sudah bersih secara fisik dari kolesterol, tekanan darah, dan lainnya. Selain hikmah medis, tentu harus diikuti dengan hikmah spiritual dengan terus konsisten melaksanakan pemurnian jiwa dengan menjaga kualitas spiritual.
Itulah salah satu makna hikmah, ada yang terus terbawa selamanya saat hikmah pertama didapatkan, lalu mengubah diri menjadi lebih baik. Sebab jika gagal menghikmahi sesuatu, maka segala aktivitas yang dilakukan sebelum hikmah hanya ritual gerak biasa yang mekanik, sebagaimana mesin, tanpa jiwa, tanpa spiritualitas. (Ed:Barr)