Dete Bicara | 01-Mar-2024
BUMIALUMNI.COM — Dalam segala situasi dan sifat selalu ada yang namanya kondisi resiprokal, sebuah pertentangan simetris. Begitu pula dalam dunia fashion. Sebelumnya, rubrik Dete Bicara dalam Yuk, Kenalan Dengan Istilah Fast Fashion membahas tentang pengenalan fast fashion, kali ini Dr. Dewi Tenty mengajak kita lebih analitik menuju kontra-isu dari “gejala sosiologi industri” fast fashion tersebut.
Lebih lanjut, notaris yang juga pegiat UMKM itu membidik satu isu bahwa pada akhirnya fast fashion dipertentangkan dengan produk kain tradisional yang memiliki andil besar untuk menjaga keberlangsungan lingkungan hidup.
Baca juga:
“Slow Fashion adalah Istilah yang kerap disamakan dengan fesyen berkelanjutan (sustainable fashion) ini mengacu pada praktik yang didasari pada proses produksi yang ramah lingkungan serta beretika, dan pemakaiannya pun bertahan dalam rentang waktu yang lebih lama.”
Eco Brand
Pada saat ini sudah ada beberapa brand lokal yang menerapkan konsep slow fashion, salah satunya adalah Setali Indonesia. Jenama ini didirikan oleh Andien Aisyah beserta rekannya, Intan Anggita Pratiwie. Mereka membangun Setali Indonesia menjadi jenama fesyen yang turut menerapkan prinsip sustainable di dalam produknya. Melalui konsep reuse, repair, recycle, Setali Indonesia berupaya mengurangi sampah sisa produksi dengan cara mendaur ulang sisa kain untuk dimanfaatkan pada produk lain guna memperpanjang masa pakai dan menciptakan nilai tambah.
Yuk, beralih ke slow fashion untuk dapat lebih berpartisipasi dalam menjaga lingkungan sekaligus berproduksi. (Ed:Barr)
Follow media sosial kami untuk mendapatkan produk terbaik, informasi, pengalaman menarik dan inspiratif.
Kami adalah e-commerce hybrid, sebuah rumah untuk memasarkan produk UMKM Indonesia kualitas terbaik. Nikmati produk kuliner, fashion, kriya, minuman herbal, dan jasa. Juga rubrik Inspiring Life, Jurnal & Peraturan, Berita.